3 Jul 2011

True Story: Terjerumus ke dunia Homosexual Part II


Ini adalah kelanjutan dari kisahku sebelumnya. Tolong baca dulu part I.

Waktu itu aku masih kelas II SMP dan tinggal di asrama. Di sana banyak sekali teman teman yang rumahnya jauh dari sekolah terpaksa harus tinggal di asrama seperti aku. Asrama kami terpisah dengan asrama putri. Jadi kami hanya bisa melihat cewek kalau lagi di dalam kelas saja. Saat itu aku sendiri sudah punya pacar namanya Rina (Nama Samaran), dia adalah perempuan paling cantik di kelas ku. Setidaknya itulah kata teman teman dan para guruku. Aku sangat mencintai dia. Dia adalah asaku untuk tetap bertahan tinggal di asrama yang peraturannya super ketat. Setiap pagi, adalah pagi yang mendebarkan buatku, Karena aku selalu penasaran melihat pacarku. Saking cintanya aku sama dia, setiap apapun yang terucap dari bibirnya selalu ku hapalkan berulang2. Bahkan ucapan “permisi” saja tetap menjadi bahan hapalanku. Sampai sekarang beberapa kalimat yang sering dia ucapkan masih tetap ku ingat. Dan dialah perempuan pertama yang pernah aku cium walaupun hanya ciuman di pipi tapi sampai saat ini masih menjadi yang paling berharga.

Banyak sekali suka duka tinggal di asrama, terutama bagi remaja di masa puber seperti aku waktu itu. Masa dimana nafsu sudah mulai menggerogoti otak, namun tak mungkin bisa tersalurkan waktu itu. Jadi saya sendiri sudah sangat mengenal onani bahkan sejak saya masih duduk di kelas I SMP. Saya bisa melakukannya berkali kali setiap hari. Mungkin saya termasuk Hyper. Tapi saya benci mengakuinya.

Sore itu, jam 5. Listrik di asrama putera mati total, jadi kami tidak bisa menghidupkan mesin dynamo untuk mandi. Akhirnya semua penghuni asrama harus mencari alternative lain untuk mencari tempat mandi. Saya dan beberapa teman dan pengasuh asrama memilih untuk mandi di sungai yang jaraknya sekitar 100m dari asrama. Saat saat seperti itu adalah salah satu momen yang sangat menyenangkan bagi penghuni asrama. Kami semua mandi ber telanjang bulat dan bermain air sepuasnya. Bahkan dua pengasuh kami juga ikut bermain air.



Di antara teman teman yang mandi sama saya, ada seorang teman yang paling usil namanya Ferdi. Saya benci sekali sama anak itu. Dia selalu mengejek saya dengan sebutan “si pantat besar lah, si kontol besar lah” bahkan sering kali dia meremas pantat atau kontol saya terus berlari sambil mengejek. Itu pula yang dia lakukan saat kami mandi bersama. Tapi saat itu saya tidak tinggal diam, saya yang sudah sangat marah melempari dia dengan kerikil dan mengenai keningnya sampai berdarah. Kedua pengasuh saya pak Doni dan Pak Gery (Nama samaran) memarahi saya habis habisan sampai saya pun tak kuasa menahan tangis. Parahnya lagi mereka semua meninggalkan saya pulang padahal hari sudah mau gelap. Tapi saya tetap saja berdiam diri, duduk termangu di atas bongkahan batu.

Apakah saya menyesal? Tidak! Dia pantas mendapatkannya. Tetapi saya tetap takut pulang ke asrama karena takut akan di siding dan di hukum. Jadi saya tetap diam.

Tiba tiba seseorang datang menghampiriku dan ternyata itu adalah kak Gondo “ngapain kamu disini sendirian?” tanyanya sambil mulai membuka pakaiannya untuk mandi. Saya tidak menjawab. Sambil mulai membasahi badannya dia kembali bertanya “ Tadi si ferdi koq kepalanya bonyok?”. Aku tetap diam sambil memperhatikan kak gondo menyabuni badannya. Ada yang menarik dari kak gondo, kontolnya besar sekali dan panjang dengan biji pelir yang sangat penuh. Di antara teman teman yang mandi tadi dialah yang punya kontol paling besar. Saya tidak tau ukurannya, tetapi lebih besar dari kontol pak doni maupun pak gery yang sudah dewasa. Kak gondo masih SMA kelas II waktu itu. Mungkin karena dia tinggi dan agak berotot. (Catatan: Kak gondo ini mirip Aktor india Saif Ali Khan).

Melihat dia mandi telanjang seperti itu, aku sama sekali tidak terangsang. Sehabis mandi dia memaksa mengajak saya pulang dengan jaminan dia akan membantu saya bicara dengan pengurus asrama masalah perbuatanku ke ferdy. Akupun ikut pulang, dan berkat bantuan kak gondo saya terbebas dari pecutan rotan pak pengurus asrama.

Keesokan harinya, pas jam tidur siang. Semua teman teman sekamarku sedang tertidur, saya melihat kak gondo sedang mencuci pakaian. Dia hanya memakai sarung bertelanjang dada. Dia terlihat berkeringat, Saya juga saat itu memakai sarung. Sayapun menghampiri dia dan mengucapkan terima kasih dan membantu dia menimba air karena untuk mencuci kami tidak boleh menggunakan mesin air.(peraturan yang menyebalkan). Melihat saya menimba air, kak gondo bukannya mengucapkan terima kasih dia malah meledek saya “kalau di perhatikan si Ferdy benar juga, pantat kamu gempal banget” kata kak gondo sambil terus dengan cuciannya. Mendengar dia bicara begitu, saya agak kesal akhirnya saya mencari akal untuk balik meledek atau malah mengejek dia. Saya teringat dia punya teman sekelas cewek yang sangat dia tidak sukai. Namanya Marni. Akhirnya sayapun mengejek dia dengan terus menyebut nama marni.

Dia sepertinya marah dan melemparkan cuciannya, saya pun berlari ketakutan tetapi dia terus mengejar saya. Saya sangat takut, lalu saya bersembunyi di dalam ruangan kelas kosong, tapi apes dia menemukan saya dan langsung mengekang saya “kamu bilang apa tadi?” itulah pertanyaannya berulang ulang tetapi tak berani saya jawab. “Kalau kamu ga mau bilang saya perkosa kamu” ??? tiba tiba kata kata itu terlontar dari mulut kak gondo, sayapun tambah ketakutan tetapi tetap tidak berani bicara. Tiba tiba dia menggesek gesekkan kontolnya di pantat saya. Saya tau persis kontolnya sedang sangar tegang.. Saya pun berontak, tapi dia terus melakukan aksinya menggesesk kontolnya di pantat saya tanpa membuka sarung yang dia kenakan. Awalnya saya merasa aneh, tekut. Tetapi sedikit demi sedikit sayapun merasa agak geli dan tiba tiba tegang juga.  Sayapun melemah membiarkan dia menyingkap sarung saya dan melucuti  celana dalam saya. Lalu dia meminta saya menjepit kontolnya dengan paha saya. Sayapun pasrah saja.  Dia menggoyang pantatnya maju mundur seperti sedang mengentoti cewek. Kemudian dia membisiki saya “Kamu mau coba jadi atas?” sayapun diam tak menjawab tetapi mengikuti perkataanya. Dia rebahan di atas bangku lalu saya menungganginya. Begitu dia menjepit kontol saya dengan pahanya, saya malah merasa tidak nyaman. Akhirnya saya beranikan menaruh kontol saya di antara belahan pantatnya yang gempal, dia  malah menuntun tangan saya untuk meremas bongkahan pantatnya. Saya mengayuh sambil membenamkan kontol saya di antara bongkahan pantat kak gondo (Bukan sodomi), saya merasa agak hangat di situ dan saya mulai menikmatinya. Kami berdua berkeringat, karena ruangan kelas itu memang panas.

Kemudian kak gondo berbalik, dia menatap saya dan mengecup kening saya sambil menggenggam kontol saya dan mengocoknya perlahan, saya mulai merasa semakin nikmat dan melakukan hal yg sama dengan mengocok kontol kak gondo yang besar. Sesekali mata kami beradu, tak ada kata kata hanya pandangan penuh arti. Lalu dia mencium saya sambil terus mengocok kontol saya dengan lembut. Sayapun tidak tahan tiba tiba air mani saya muncrat ke dada kak gondo, tidak lama setelah itu diapun menyemprotkan laharnya ke perut saya. Rasanya luar biasa tetapi tetap tidak ada kata kata yang keluar dari mulut kami. Sayapun membersihkan badan saya dengan celana dalam dan langsung pergi meninggalkan kak gondo.

Entah kenapa, saya tiba tiba merasa menyesal, kesal dan agak benci dengan kak gondo. Bersambung…