10 Jan 2012

HITAM PUTIH KEHIDUPAN 1| SAIF SI KETUA ASRAMA


Cerita ini adalah kejadian nyata yang saya alami ketika masih duduk di bangku SMP. Karena rumah saya cukup jauh dari sekolah, maka orang tua saya memutuskan untuk menitipkan saya di Asrama putra milik yayasan tempat saya menuntut ilmu.
 Gambaran tentang saya. Saya sebenarnya biasa biasa saja. Walaupun banyak teman teman yang bilang saya ganteng, mungkin itu hanya pemanis ucapan saja. Saya tidak tahu. Tetapi saya memang cukup beruntung di sekolah karena bisa memacari gadis paling cantik di sekolah saya.

Saya tinggal di sebuah kamar berukuran 10x10 yang di isi oleh 10 orang.

Cerita ini tentang Ketua kamar saya [Rais] bernama Saif Abdil Fath.

Saif adalah teman sekamar saya di asrama. Kami biasa memanggilnya Rais karena dia di tunjuk oleh Kepala Asrama sebagai ketua di kamar kami yang bertanggung jawab memonitor kami dalam belajar, mengerjakan PR dan juga menentukan jam berapa kami boleh tidur.
Gambaran sosok Saif: Dia adalah cowok yang gagah, kulitnya putih. Tingginya waktu itu mungkin sama dengan saya sekitar 165 cm. Menurut informasi dari teman teman, dia adalah idola di Kelas III.
Mungkin saja hal itu benar mengingat dia memang sangat tampan dan cukup kharismatik.


Sudah hampir setahun saya tinggal sekamar dengan Rais (Baca: Ketua) Saif. Selama itu pula saya tidak pernah melihat ada hal yang aneh dengan dirinya. Dia sosok ketua kamar yang baik, humoris dan sangat menyenangkan. Selain itu dia juga cukup tampan. Wajahnya mirip mirip arab atau India. Mungkin dia ada darah India atau arab saya tidak tahu pasti.

Kami sebagai adik adik sekamarnya sangat hormat sama dia. Dia juga selalu membantu kami mengerjakan PR dan tugas tugas sekolah lainnya.

Kejadian aneh yang saya alami dengan Saif ini berawal ketika dia membantu saya membuat Kliping untuk Majalah Dinding sekolah. Karena dia adalah kakak kelas juga, jadi dia lebih bisa membuat desaign Mading. Kami mengerjakan mading itu hingga tengah malam. Karena tak kuat menahan kantuk sayapun meminta ijin Saif untuk rebahan sebentar. Mungkin karena kecapekan sayapun tertidur lelap.

Di tengah malam buta saya terbangun karena merasakan ada orang yang meraba raba badan saya. Dalam gelap saya bisa meihat kalau itu adalah Saif. Saya berusaha menahan napas agar dia tidak menyadari kalau saya sudah terjaga.

Perasaan saya semakin aneh ketika tiba tiba dia menarik resleting celana saya dan meraba raba kontol saya. Kembali dalam bingung saya tetap terdiam sambil berusaha memejamkan mata berpura pura tidak tahu apa yang dia lakukan. Namun aksi Saif tidak hanya sampai di situ saja. Saya merasakan kontol saya sangat hangat sekali. Akhirnya saya beranikan diri membuka mata dan ternyata Saif sedang menghisap kontol saya.

Itu adalah pertama kalinya saya merasakan kontol saya di hisap. Rasanya hangat namun juga menggelikan.
Melihat Saif berbuat seperti itu saya kembali hanya bisa terpaku, tidak bisa berbuat apa apa dan tetap pura pura tidak tahu. Tidak puas dengan kontol saya, diapun tiba tiba bangkit dan mencium pipi saya, lalu mencium bibir saya.

Sambil tetap berpura pura tidak tahu, saya berusaha menutup mulut saya rapat rapat. Saya merasakan hal ini jauh lebih aneh daripada waktu dia menghisap kontol saya. Sebenarnya sempat ingin berontak, tetapi saya tidak berani. Akhirnya saya sengaja membalikkan badan saya agar dia tidak bisa menjangkau mulut saya.

Usaha saya menghindari ciumannya memang berhasil tetapi aksinya masih belum berhenti juga. Dia kembali memainkan kontol saya dan lagi lagi menghisapnya. Saya tidak bisa berbuat apa apa selain diam dalam kebingungan. Kontol saya memang tegang sekali dan merasakan kehangatan berada dalam kulumannya. Tetapi saya tidak begitu paham arti dari rasa itu. (Waktu itu saya masih kelas II SMP).
Entah sudah berapa lama dia melakukan itu terhadap saya tetapi akhirnya dia berhenti menjelang waktu subuh tiba.

Saya sama sekali tidak mengeluarkan sperma waktu itu. Saya kurang tahu dengan dia. Tetapi ke esokan harinya saya mulai bimbang begitu melihat dia habis mandi dengan rambut basah tidak seperti biasanya.

Sejak saat itu, saya berusaha menjaga jarak sama Saif dengan mengurangi komunikasi. Tetapi mengingat kami masih satu kamar dan dia adalah Rais (ketua) kamar saya, mau tidak mau setiap hari kami bertemu. Dan yang paling menyebalkan, beberapa kali dia mengendap endap ke dipan saya dan kembali memainkan kontol saya. Tetapi setiap kali saya menyadarinya, saya langsung membalikkan badan (tengkurap) sehingga dia tidak bisa melanjutkan aksinya.
Catatan: Di dalam satu kamar yang saya tempati terdapat 6 buah dipan yang di isi oleh 10 orang penghuni kamar termasuk Saif. Saya dan Saif masing masing mendapat satu Dipan sendiri tanpa perlu berbagi dengan teman lainnya yang masing masing harus tidur berdua.

Ke Bagian 2