9 Feb 2012

Hitam Putih Kehidupan 7| Kembali Ke Asrama 4


Satu persatu teman sekelasku mulai meninggalkan sekolah (membolos). Guru yang semestinya mengisi jam pelajaran terakhir di kelas kami ternyata tidak masuk. Yang tersisa didalam kelas hanyalah aku, Ronni dan beberapa orang teman lainnya yang memilih mengisi waktu pelajaran terakhir dengan membuat ringkasan pelajaran.
Aku dan Ronni yang duduk di bangku paling pojok lebih memilih mencoret coret buku gambar dan menggambar sembarangan.

Entahlah apa yang ada di dalam otak Ronnie hari itu, dia menggambar wanita telanjang dengan payudara membusung dan dalam posisi yang sangat menantang. Walaupun gambarnya sangatlah tidak bagus, tetapi tetap cukup mewakili sisi erotisme dari seorang perempuan.

Kenakalan Ronni hari itu tidak hanya terlukis lewat coretannya saja, tetapi dia secara tiba tiba membuka resleting celananya dan mengeluarkan kontolnya yang cukup besar dan gemuk. Tanpa malu diapun memainkan kontol itu dibawah meja. Untunglah posisi tempat duduk kami yang berada di pojok sekali membuat teman teman yang lain tak bisa melihat. Tetapi aku yang persis duduk satu bangku dengannya tak bisa mengalihkan pandanganku dari aksi nakal dan nekatnya itu.



Selama tinggal satu kamar diasrama bahkan duduk satu bangku di dalam kelas, tidak sekalipun au pernah melihat kemaluan Ronni. Tetapi hari itu, dia benar benar membuatku terpukau. Melihatku yang terus memperhatikannya malah membuat Ronni semakin nakal, dia malah meraih tanganku dan membenamkannya di atas batang kontolnya yang sudah sangat keras sekali. Sedikit aku merasakan hangatnya Kontol Ronni. Tapi aku segera mengalihkan tanganku karena takut kalau teman teman yang lain akan memperhatikan kami.

Untunglah bel tanda pulang sekolah berbunyi. Ronni akhirnya menghentikan aksinya dan kamipun segera meninggalkan kelas.

Sesampai di dalam asrama, Ronni terlihat sangat buru buru menyambar handuk dan bergegas menuju kamar mandi. Kebetulan kamar mandi yang ada di sebelah kamar kami sedang rusak jadi mau tidak mau Ronni harus menggunakan kamar mandi yang dekat gedung sekolah. Kamar mandi itu sama sekali tak berpintu, lebih mirip urinoir tetapi di sekat dengan tembok pembatas yang cukup tebal sehingga orang orang di sisi lain kamar mandi tidak akan bisa melihat.

Aku secara diam diam mengikuti Ronni menuju kamar mandi. Ada rasa ragu dalam hati karena takut Ronni akan marah. Tetapi aku berpura pura untuk ke WC yang ada disudut kamar mandi tersebut.