Mendengar aku mengerang, Danar tiba tiba melepaskan kontolnya dari mulutku. Dia bergeser mundur lalu melumat bibirku. Danar sangat pandai memainkan lidahnya.
Tak puas dengan mencium bibirku, Danarpun mencium mataku, keningku, telingaku dan terus turun ke leher dan dadaku.
“oouughhh” aku merasakan kenikmatan yang tiada tara. Danar menggigit putting susuku dengan penuh perasaan.
Posisi Danar yang nungging sambil mencumbuku membuat pantatnya persis berada di depan muka Mas Yama yang lagi asyik mengentoti kontolku.
Mas Yama terlihat membenamkan mukanya di pantat Danar. Dia menjilati lubang pantat danar yang berbulu itu. “ooouuuughhh” danar mengerang keenakan. Bahkan sesekali dia menggigit bibir bawahnya menahan rasa nikmat yang luar biasa.
Tetapi Mas Yama ternyata tidak hanya menjilati pantat Danar, tetapi dia juga mencoba menjebol pantat Danar dengan jarinya. Kali ini Danar terlihat merintih.
Mengerti akan rasa sakit yang mungkin di rasakan Danar, aku meraih kontolnya dan mengocoknya dengan lembut agar Danar tidak terlalu memikirkan rasa sakit itu.
Usahaku ternyata berhasil. Jari tengah Mas Yama sudah berada di dalam Anus danar. Dengan sangat lembut Mas Yama menyodokkan jari tengahnya kedalam anus danar. Danar sepertinya sudah tidak merasakan sakit lagi. Dia bahkan terlihat menggoyang goyangkan pantatnya maju mundur.
Mas Yama mencabut pantatnya dari kontolku lalu kembali mengambil gel yang tadi dan memberikannya padaku. Dia memintaku untuk mengoleskannya di anus Danar.
Mas Yama sendiri sekarang bertopang di sebuah pohon sambil menunggingkan pantatnya.
“Danar, kamu entot saya” pintanya sama danar.
Tanpa menunggu perintah dua kali, danar langsung mengambil posisi dengan memainkan ujung kontolnya di sela sela pantat Mas Yama.
Mas Yama sepertinya sudah tidak tahan ingin merasakan kontol Danar.
“Ayo nar masukin” pintanya sedikit memelah.
Danarpun langsung mencoba memasukkan kontolnya ke anus Mas Yama. Tetapi kontol Danar memang sangat besar dan gemuk. Jadi agak sedikit sulit untuk masuk.
Walaupun anus Mas Yama sudah di jebol oleh kontolku, tetapi tetap saja Danar agak kesulitan menembusnya. Kontolku memang sedikit lebih kurus daripada kontol danar tetapi punyaku lebih panjang.
Setelah berusaha cukup keras akhirnya Danar berhasil membenamkan seleuruh batang kontolnya ke dalam anus Mas Yama.
Kini danar mulai menggoyang tubuh Mas Yama. Sedangkan aku sendiri sibuk menghisap kontol mas Yama.
Danar terlihat sudah mulai mengejang. Badannya terlihat kaku.
“Mas, Aku mau keluar” kata Danar merancau
“Terus aja Nar, keluarin di dalam saja nar” pinta mas Yama.
Belum selesai Mas Yama berbicara Danar sudah melenguh merasakan puncak kenikmatan.
“ooouughh, ooughhhh” hanya kata itu yang terdengar dari mulut Danar.
Melihat danar seperti itu aku merasa semakin bernafsu.
Danar mencabut kontolnya dari pantat Mas Yama dan bergerak ke arahku. Dia kemudian menghisap kontolku. Aku tak kuasa menahan hisapan Danar.
“Aku mau keluar, naaar” Kataku sambil mendorong muka Danar
Dan “Crooottt, crooot” aku mengeluarkan pejuh yang begitu banyak. Kini Giliran mas Yama.
Danar sekarang menghisap kontol Mas Yama sedangkan aku memijit mijit pantatnya dengan tanganku.
Mas Yama sangat menikmati hal itu, selang beberapa detik dia sudah mengejang dan “Crooot, Croot” kontolnya memuntahkan lahar persis di dada Danar.
Kami semua terduduk, menarik nafas panjang.
Tak terasa hari sudah beranjak gelap. Setelah membersihkan diri di air terjun yang sudah sepi kamipun berangkat pulang.
Mas Yama sempat menawarkan kami untuk mampir di Polsek tempatnya bertugas tetapi kami menolaknya.
Sepanjang perjalanan pulang, Aku dan Danar sama sekali tidak berbicara sepatah katapun.
Ada sedikit rasa penyesalan atas apa yang telah terjadi. Tetapi rasa menyesalku kali ini tidak seburuk ketika melakukannya dengan Kak Fandi waktu itu.