Suasana latihan karate di sekolahnya Danar sebenarnya cukup seru. Danar berlatih bersama 20 Siswa putra lainnya. Mereka di latih oleh Pak Adjie, seorang Mantan Karateka yang beberapa kali menjuarai PORDA.
Untungnya para siswi putri yang suka meledekku tadi sudah pergi karena jam latihan mereka telah selesai.
Kini aku duduk di bangku panjang memperhatikan setiap gerakan demi gerakan karate yang di ajarkan oleh Pak Adjie kepada siswa siswanya.
Pak Adjie terlihat sangat telaten mengajarkan para siswanya. Tak segan dia sesekali membenarkan posisi tangan, kaki bahkan pinggul para siswa yang gerakannya salah.
DI antara ke 20 siswa tersebut, ada satu orang yang gerakannya selalu salah. Namanya Fathur. Dia salah seorang yang cukup dekat dengan Danar di Sekolah.
Kesalahan demi kesalahan gerakan yang di buat Fathur jelas sangat mengganggu teman temannya yang lain. Karena sang Pelatih Pak Adjie harus bolak balik membenarkan gerakan tersebut.
Bli Nyoman yang ada persis di belakang Fathur kadang terlihat dongkol, dia sesekali menedang pantat Fathur karena terus saja salah.
Satu jam telah berlalu, latihan pun selesai.
Jam sudah menunjukkan pukul 5.30 sore. Aku masih duduk di bangku panjang menunggu Danar yang tadi sempat di ajak ngobrol sama Pak Adjie di ruangan guru.
Di lapangan yang sudah mulai sepi, terlihat Bli Nyoman sedang berlari mengejar Fathur. Saya tidak tau ada apa. Tapi sepertinya Bli Nyoman masih kesal sama Fathur yang kerap membuat kesalahan ketika berlatih tadi.
Setelah bosan berlarian mereka berdua menghampiriku.
“Patra, pulang yuk!” Ajak Bli Nyoman
“Ntar dulu Bli, masih nunggu Danar” Jawabku sambil memperhatikan keringat yang mengalir cukup deras di badan Bli Nyoman.
“Emang si Danar, kemana?” Tanya Fathur yang berdiri di sebelah Bli Nyoman
“Dia tadi di panggil sama Pak Adjie ke ruang guru” Jawabku.
“oohhh” jawab mereka sambil duduk di sampingku
“Kalian berdua koq sampe mandi keringat gitu sih?” tanyaku berbasa basi
“Iya nih, gara gara si Sontoloyo satu ini” jawab Bli Nyoman sambil menyentil kepala Fathur
“Yaah, jangan salahin saya dong. Kan kamu sendiri yang ngejer ngejer saya dari tadi” jawab Fathur membela diri
Melihat mereka berdebat ringan, aku hanya bisa tersenyum sendiri. Mereka berdua seperti Tom dan Jerry. Walaupun mereka suka saling menjahili, sebenarnya mereka adalah dua sahabat yang saling peduli.
Kalau di perhatikan kedua orang ini sangatlah kontras. Si Fathur memiliki kulit putih dengan sedikit bulu bulu halus yang mulai tumbuh di dadanya. Sedangkan Bli Nyoman kulitnya agak hitam tetapi sangat bersih dan manis sekali. Dadanya memang tidak di tumbuhi bulu, tetapi dada itu sangat bidang dan berbentuk. Di tambah lagi puting susunya terlihat merekah. Seksi sekali.
Wajah Bli Nyoman sangat Khas Cowok Bali yang eksotis, sedangkan Fathur lebih ke wajah Arab Pakistan yang dia dapat dari abahnya yang asli Pakistan.
Sebuah fakta yang tidak bisa di pungkiri, bahwa sesama cowok kita juga kerap kali saling mencuri pandang, memperhatikan satu sama yang lain. Apalagi kalau lagi sama sama tidak mengenakan pakaian.
Seperti halnya Bli Nyoman dan Fathur yang duduk di sebelah saya. Tanpa mereka sadari, saya memperhatikan setiap lirikan mata mereka yang sesekali saling meneliti badan masing masing.
Bahkan Bli Nyoman kerap kali memperhatikan pusar Fathur yang di tumbuhi bulu bulu halus. Fathur pun demikian, tak jarang matanya terlihat mengarah ke gundukan celana Bli Nyoman. (Mungkin masing masing saling penasaran, siapa yang barangnya lebih besar). I don't know.
Setelah cukup lama menunggu, akhirnya Danar dan Pak Adjie keluar dari ruang guru. Mereka berdua berjalan kea rah kami.
Saya melihat Pak Adjie menenteng sebuah gayung dan melingkarkan handuk kecil di lehernya. “Masak dia mau mandi, sih?” tanyaku dalam hati
“Belum pada pulang, kalian?” Tanya Pak Adjie kepada kami
“Belum pak, masih nungguin si Danar” jawab Bli Nyoman
“Ya udah, kalau gitu nanti kita pulang samaan aja” kata Pak Adjie
“Kebetulan saya mau numpang motornya Danar, soalnya mobil saya bannya kempes” kata Pak Adjie Melanjutkan.
Waduh, alamat aku pulang sama siapa??? Pikirku
Belum sempat bertanya, Danar sudah duluan meminta Bli Nyoman sama Fathur untuk memboncengiku pulang. Bonceng tiga.
“Sebelum pulang kita mandi dulu yuk” ajak Pak Adjie
“Nanti di rumah aja, Pak” Jawab Bli Nyoman
“Waduuh kamu gimana sih, lihat tuh badan kamu bermandikan keringat gitu. Masak kamu boncengin teman kamu sambil berbagi peluh gitu?” Pak Adjie menimpali
“hehehe..Iya juga sih” Jawab Bli Nyoman menimpali
Akhirnya kami semua mengikuti Pak Adjie ke kamar mandi sekolah.