20 Jan 2012

HITAM PUTIH KEHIDUPAN 5| Hari Hari Terakhir Bersama Danar Bagian 5

Pemandian Pandanan End


Sementara Danar yang belum keluar mendekati aku dan Bli Nyoman. Dia menarik kontol Bli Nyoman dan melumatnya.

Bli Nyoman yang tadinya asyik menghisap kontolku sesekali terpaksa melepaskan kontolku dari mulutnya karena mendesah menahan nikmat.

Khalik yang melihat kami masih bergumul mengejar puncak mendekatiku. Dia langsung mencucup putting susuku lalu menjilat leherku dan melumat bibirku.

Sungguh itu adalah ciuman terindah yang pernah aku rasakan. Khalik sangat pandai memainkan lidahnya di mulutku.

Aku yang masih di rasuki nafsu membara tak kuasa menahan diri menggenggam kontol besar Khalik yang sudah lemas. Khalik tak menolak dia membiarkan aku melakukan aksiku.

“kamu mau keluarin di pantatku?” tiba tiba Khalik berbisik kepadaku

Aku tidak menjawab tetapi langsung berdiri dan mengambil posisi menunggangi pangeran tampan ini. Bulu bulu halus yang lebat di sekitar pantat Khalik memberikan sensasi luar biasa kepadaku.

Tak butuh waktu lama, akupun “ouuuuughh, ouughhhh” pejuhku mengalir deras mengisi perut Khalik.


Sementara Bli Nyoman yang sedang mengentot Danar di bantu oleh Bli Agung dengan meremas remas bongkahan pantat Bi Nyoman. Sepertinya hal itu membuat Bli Nyoman tak mamu lagi menahan muntahan magma dari kontolnya yang membanjiri pantat danar.

Danar yang merasakan kehangatan limpahan magma itu menjadi semakin kencang mengocok kontolnya dan 
“Crottt, croooott” puncratan sperma yang begitu banyak terpompa keluar dari kontol danar.

Kami semua terduduk sebentar, saling memandang. Lalu membersihkan diri kami.

Bara api nafsu yang begitu membara membuat kami terlupa kalau hari sudahlah sangat gelap. Bahkan jam sudah menunjukkan pukul 7 malam.

Setelah berpamitan dengan Khalik, kami memutuskan untuk mencari tempat untuk makan malam.

Kali ini Aku di boncengi oleh Bli Agung menggunakan motor Bli Nyoman. Sementara Bli Nyoman ikut motor danar.

Sepanjang perjalanan aku terus memeluk tubuh Bli Agung dengan erat. Sesekali tanganku tak bisa menahan diri untuk tidak bermain di selangkangan Bli agung.

Bli Agung sengaja membiarkan Danar dan Bli Nyoman memacu motor mereka mendahului kami yang memang sengaja pelan.

Begitu sampai di jalanan yang sepi, Bli Agung menghentikan motornya. Diapun langsung turun dan menciumku cukup lama.

“Aku sayang sama kamu” katanya membisiki telingaku. Aku hanya diam tak menjawab tetapi pelukanku yang sangat erat cukup menjadi jawaban atas pertanyaan itu.

“Maukah kamu menginap di rumahku mala mini?” kembali dia berbisik kepadaku sambil memandu tangan kananku menyusuri hutan lebat menuju penisnya yang sudah kembali kokoh berdiri.

Aku kembali tak menjawab, tetapi tanganku semakin erat menggenggam kontol besar Bli Agung yang sudah menjulang.