Pertandingan Sepak Bola Antar Banjar
Hari ini merupakan hari terakhirku berada di rumah setelah lebih dari dua minggu aku meninggalkan asrama. Berdasarkan hasil pembicaraan orang tuaku dengan pihak asrama aku di izinkan untuk kembali bersekolah dan tinggal di asrama.
Ada rasa gembira menyeruak dalam hati. Karena aku akan kembali bisa menikmati hari hari bersama teman teman sekolahku. Tetapi disisi lain aku juga merasa agak sedikit berat harus meninggalkan teman temanku di kampung, terutama Danar yang setiap hari menemani aku selama aku berada di rumah.
Dengan kembali keasrama otomatis aku akan sangat jarang bertemu dengan Danar. Peraturan asrama hanya mengizinkan kami pulang kampung setiap liburan semester saja yaitu sekali dalam enam bulan.
Tekadku sudah mantap, aku harus kembali kesekolah. Apalagi sebentar lagi aku akan segera naik ke kelas III.
“Hey, kamu lagi ngelamunin apaan?” tiba tiba Danar mengejutkan aku yang lagi duduk termangu di teras rumah.
“Ehh, kamu nar.Nggak ngelamun koq. Aku lagi mikir aja, besok aku harus kembali ke asrama” jawabku sambil menatap Danar yang berdiri di belakang kursi tempat dudukku.
“Wah, bagus dong!” Jawab Danar dengan wajah sangat sumringah.
Mendengar Danar menjawab seperti itu, aku merasa agak kecewa. Aku sebenarnya berharap Danar akan sedih mendengar aku akan kembali keasrama.
Aku membalas ucapan danar tersebut dengan senyum tipis sambil mengalihkan pandanganku menatap langit langit atap teras rumahku.
Tetapi sepertinya Danar mengerti akan perasaanku. Dia lalu duduk di kursi sebelahku sambil memegang pundakku.
“Maksudku, kalau kamu balik ke sekolah kamu kan bisa segera menyelesaikan SMP kamu. Terus seperti yang dulu kamu pernah bilang sama aku, kamu ingin masuk ke SMA ku biar kita bisa kumpul di satu sekolah” jawab danar penuh penjelasan.
Dia ada benarnya juga. Akupun kembali tersenyum tapi tak memberi jawaban apapun kepada Danar.
“Nanti, kalau kamu masuk SMA. Berarti aku sudah kelas III. Jadi, kalau ada orang yang gangguin kamu. Aku akan menjadi pelindung kamu seperti waktu SD dulu” kata danar melanjutkan penjelasannya.
Danar kembali membuat aku tersenyum. Dia semakin membuat aku bangga. Aku tidak mungkin bisa melupakan bagaimana dia selalu membentengi aku setiap ada orang yang menggangguku waktu SD dulu. Dia memang benar benar teman sejatiku.
Saking asyiknya mengobrol dengan Danar, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 03.00 sore. Hari ini aku dan Danar harus ikut pertandingan Final Sepak Bola antar banjar (Dusun) di Lapangan Umum desa.
Final sepak bola tahun ini mempertemukan antara pemuda di Banjarku dengan Banjarnya Bli Nyoman. Walaupun aku masih kelas II SMP aku di perbolehkan ikut mewakili Banjar, karena aku di nilai cukup baik menjadi penyerang.
Setelah bersiap siap aku dan Danar berangkat menuju lapangan. Disana ternyata sudah sangat ramai sekali.
Para pemuda dari Banjarnya Bli Nyoman ternyata sudah kumpul semua di lapangan. Bahkan mereka sudah mulai melakukan pemanasan.
Secara fisik kedua Tim cukup berimbang. Karena rata rata yang ikut bermain adalah umuran SMP dan SMA. Walaupun ada beberapa yang sudah kuliah seperti Tommy, Farish dari kubu kami sedangkan dari Banjar Bli Nyoman ada Bli Agung, Yudi sama Bli Putu.
Karena mereka sudah masuk bangku kuliah, otomatis fisik mereka mereka itulah yang paling besar dan kekar diantara kami semua.
Hasil undian koin memenangkan pihak Bli Nyoman yang berhak menguasai bola pertama. Tetapi baru beberapa menit saja Farish berhasil mencuri bola dari Bli Agung dan di overkan ke Danar yang saat itu tengah berada pada posisi yang cukup sepi. Keahlian Danar memang selain sebagai sayap yang bagus dia juga bisa menjadi penyerang yang handal. Umpan dari Farish berhasil di manfaatkan dengan sangat baik oleh Danar dan berhasil menjebol gawang Yudi.
Sejak kecolongan satu gol, pertahanan dari Tim Bli Nyoman di perketat. Hampir semua pemain kami di jaga ketat, termasuk saya. Ga tanggung tanggung saya di jaga oleh dua pemain sekaligus yaitu Bli Agung dan Bli Nyoman.
Penjagaan yang superketat membuat kami kesulitan mencuri poin kembali. Hingga akhir waktu babak pertama kami hanya unggul 1-0 atas Tim Bli Nyoman.
Pada babak ke dua kedua TIM bermain lebih ngotot dari sebelumnya terutama TIM-nya Bli Nyoman yang masih tertinggal 1-0 dari TIM kami. Bahkan kerap kali mereka tak segan melakukan pelanggaran terhadap TIM kami. Yang paling parah adalah ketika aku sedang berebut bola dengan Bli Nyoman, tiba tiba Bli Agung menarik pinggangku dari belakang sehingga aku nyaris terjatuh. Untungnya dia berhasil menahan tubuhku dengan memegang pinggangku lebih erat. Posisiku yang setengah menungging waktu membuat pantatku persis berada di kemaluannya Bli Agung. Aku bisa merasakan dengan jelas ada benda kenyal yang cukup besar bersarang di balik celananya. Kejadian itu berlangsung beberapa detik, ketika Aku mulai merasakan benda kenyal itu sedikit bergerak Bli Agung secara reflex melepaskan aku.
Sembilan puluh menit berlalu, peluit panjang wasit menandakan permainan telah selesai. TIM kami berhasil menang dengan skor tipis 1-0.
Kamipun merayakan kemenangan itu dengan sama sama mendapatkan satu botol kecil Bir Bintang dari petugas banjar kami. Tetapi perayaan tidak hanya kami nikmati sendiri, ada beberapa orang dari Tim Bli Nyoman yang ikut yaitu Bli Agung, Yudi dan Bli Nyoman sendiri.
Bersambung…..