Pemandian Pandanan
Hari semakin sore, kami yang sudah bermandikan peluh mulai bersiap siap untuk pulang.
Ketika baru saja Danar men-starter motornya tiba tiba Bli Nyoman dan Bli Agung datang mendekati kami.
“Nar, kamu mau langsung pulang?” Tanya Bli Agung ke Danar
“Ya Bli, emangnya ada apa?” Tanya danar balik
“ Ikut kita yuk ke Pandanan” ajak Agung dan Bli Nyoman
“Gimana pat, mau ikut ga?” danar malah bertanya padaku
“Boleh” Jawabku singkat.
Pandanan adalah nama sebuah tempat yang tidak terlalu jauh dari kampung kami. Disana terdapat sumber mata air yang konon kata orang bisa membuat awet muda. Makanya oleh masyarakat setempat di jadikan sebagai tempat pemandian umum yang selalu ramai.
Untungnya hari ini agak sore, biasanya tempat itu tidaklah terlalu ramai. Kami berempatpun berangkat. Aku di boncengi oleh Danar sedangkan Bli Nyoman membonceng Bli Agung.
Sepanjang perjalanan ke Pandanan aku lebih banyak diam. Aku masih memikirkan kejadian di lapangan bola tadi. Benda kenyal di balik celana Bli Agung yang berdenyut ketika menyentuh pantatku.
Tanpa sadar tiba tiba aku memeluk pinggang Danar dengan kencang. Bli Agung yang melihatku dari atas motor hanya terdiam. Tetapi tatapan matanya sungguh terlihat sangat berbeda dari biasanya.
Cuma butuh waktu 15 menit mengendarai motor untuk sampai ke pandanan. Tepat sekali dugaan kami, Pandanan sore itu tidaklah begitu ramai. Walaupun tetap kami harus antre untuk bisa mendapatkan giliran mandi karena hanya terdapat dua buah pancuran.
Sembari duduk menunggu orang orang yang selesai mandi, kami membuka camilan yang sempat kami beli di perjalanan tadi. Dua bungkus kacang atom dan dua botol besar Cola untuk mengurangi dahaga kami sehabis bermain bola.
Walaupun sudah sangat sore dan kunjungan tidak terlalu ramai, tetap saja masih cukup banyak orang orang setempat yang datang silih berganti untuk mandi. Karena memang itulah satu satunya lokasi pemandian untuk masyarakat kampung Pandanan.
Sebenarnya beberapa orang yang baru tiba memberikan kami izin untuk mandi lebih dahulu karena kami datang lebih awal, tetapi kami memilih untuk menghabiskan camilan kami dulu.
Sambil menyaksikan orang orang yang lagi mandi kami juga sempat bergurau dengan ringan. Mulai dari main tebak tebakan siapa diantara orang orang yang datang mandi yang memiliki ukuran kontol lebih besar. Otomatis kami memperhatikan kontol mereka semua.
Di antara kami berempat Bli Agung yang jawabannya selalu tepat. Dia sangat pandai menilai ukuran kelamin orang dari bentuk badan, hidung dan pastinya dengan menimbang ukuran jendulan di balik celana mereka sebelum mereka telanjang.
Note: di kampung kami biasa mandi bareng dan saling lihat satu sama lain. Selama kami sama sama laki, tidak ada masalah.
Selain memperhatikan ukuran penis, Bli Agung juga memberitahukan kepada Aku, Bli Nyoman dan Danar kalau orang yang kontolnya berwarna agak merah, atau sedikit mengkilap, dia pasti baru habis ngentot.
Mendengar cerita Bli Agung seperti itu, kami terang saja memperhatikan lebih teliti lagi warna kontol orang orang yang lagi mandi tersebut. Walapun mereka tahu kami memperhatikan mereka, mereka tidak ada masalah. Karena mereka juga akan melakukan hal yang sama kalau kami yang lagi telanjang di depannya. Hal itu sangat wajar, karena setiap orang pasti ingin membandingkan punya mereka dengan orang lain.
Entah kenapa topic yang kedua ini membuatku sangat horny sekali. Akupun akhirnya membuka bajuku untuk menutupi kontolku yang sudah sangat tegang agar tak di ketahui oleh Danar, Bli Nyoman maupun Bli Agung. Tetapi sepertinya bukan aku saja yang horny, aku melihat dari sela sela celana Bola warna putih Bli Agung yang tersingkap karena posisi duduknya yang sedikit mengangkang sepertinya kontolnya juga lagi sangat tegang.
Bli Agung menyadari aku memperhatikannya. Dia langsung memperbaiki posisi duduknya dan juga membuka bajunya untuk menutupi tonjolan di balik celananya.
Badannya Bli Agung sangat kekar sekali. Dada dan perutnya terbentuk sempurna. Dan yang paling enarik adalah puting susunya yang terlihat keras sekali. Ingin sekali aku meraba dada itu.
Keasyikan bercanda, ternyata hari sudah mau gelap. Orang orangpun sudah tidak ada lagi yang datang. Kamipun bersiap siap untuk mandi.
Baru saja kami mau membuka celana tiba tiba seseorang memanggil Bli Agung.
Bersambung……