After The Sunset Part 1:
Menikmati Sunset di sore hari hampir sudah menjadi tradisi
wajib bagi orang orang yang tinggal di daerah wisata pantai. Seperti Bali,
misalnya. Setiap sore hampir ribuan orang memadati setiap pantai di bagian
selatan bali hanya untuk melihat sunset sambil menikmati suasana keramaian
pantai. Aku salah satu dari ribuan orang penikmat sunset tersebut.
Sore itu aku tidak sendiri karena ditemani oleh beberapa
orang teman kerjaku. Salah satu dari mereka adalah seorang Satpam di Kantorku
namanya Rizal. Dia berasal dari Manado tetapi menetap di Bali bersama kedua
orang tuanya yang membuka warung makan khas Manado di sebuah pasar malam (pasar
senggol) di daerah Denpasar. Rizal memiliki wajah yang sangat tampan kalau di
bandingkan dengan satpam satpam lainnya di kantor. Sekilas dia mirip dengan
bintang sinetron Dimas Andrean. Badannya juga sangat kekar.
Selain Rizal, ada juga Wayan dan beberapa teman cewek yang
turut memenuhi bangku panjang di warung tipat lontong Mbok tu di Pantai XX Sore
itu. Wayan adalah seorang Penyewa Surf Board. Dia kebetulan tetangga kost-nya
Rizal makanya dia ikut bergabung dengan kami.
Buat kami Sunset sore itu tidaklah begitu menarik karena
banyaknya kabut yang menutupi sang surya yang hendak beranjak ke peraduan
tetapi Aku dan Rizal cukup senang karena bisa berkumpul dengan teman teman dan
mencicipi Tipat Lontong buatan Mbok Tu (Pedagang Tipat langganan kami di pantai
XX).
Seiring dengan beranjaknya Sunset, orang orangpun mulai
pergi meninggalkan Pantai karena hari telah mulai gelap. Teman temanku yang
cewek juga pamit untuk pulang lebih dulu sedangkan aku dengan Rizal memilih
membantu Wayan merapikan papan surfingnya dan payung paying pantai yang
disewakannya. Untungnya papan papan itu disimpan di sebuah gudang kecil yang
berada persis di dekat pantai sehingga Wayan tidak perlu mendorong gerobak
setiap hari seperti kebanyakan penyewa papan surfing lainnya di bali.
Setelah semuanya beres, Wayan mengeluarkan sebotol Whisky
yang di dapatnya dari salah seorang tamu langganannya. Kamipun memutuskan untuk
menikmati Scotch Whisky yang di suguhkan Wayan. Sambil menikmati tegukan demi
tegukan, kami mengobrol ngalur ngidul untuk lebih mengenal satu sama lain. Dan
ternyata Wayan sudah menikah dan memiliki seorang anak. Tetapi istri dan
anaknya dia tinggalkan di kampungnya di daerah Singaraja.
“udah berapa lama kamu tidak pulang ke singaraja, yan”? tiba
tiba si Rizal bertanya sama wayan
“Hampir satu bulan, Zal” jawab Wayan sekenanya sambil
menuangkan minuman ke gelasku.
“Koq bisa lama gitu yan, kan Singaraja dekat. Cuma 2 jam
perjalanan” balas rizal
“Iya sih, tapi kan ga enak kalau terlalu sering pulang. Apalagi
kalau ga bawa duit..hehe” jawab wayan sambil cengengesan.
“Jablay dong kamu yan..hahaha” balas Rizal sambil ngakak
Aku sendiri hanya tersenyum kecil saja melihat wajah Wayan
yang agak salah tingkah di bilang jablay oleh Rizal.
“iya kalau pengen kan tinggal ngocok aja” jawab wayan sambil
membenarkan posisi duduknya.
Aku kembali hanya bisa ikut tertawa ringan.
“Ngapain sih kamu diam aja Patra”? tiba tiba Wayan bertanya
padaku
“Iya nih, kamu ga seru banget” Rizal kembali menimpali
Aku kembali hanya tersenyum ringan sambil merogoh rokok
dikantong celananku.
Malam sudah sangat gelap. Suasana pantai sangatlah sepi,
meski di kejauhan terlihat kendaraan lalu lalang.
Tiba tiba Wayan bangkit dari tempat duduknya dan berjalan kea
rah pohon yang tidak jauh dari tempatku duduk. Dia ternyata mau kencing. Entah
kenapa Wayan memilih untuk kencing di dekatku, padahal tidak jauh dari tempat
kami duduk ada sebuah toilet umum.
Aku memperhatikan Wayan membuka resleting Celananya. Meski
keadaan agak gelap, tapi karena jarak kami yang hanya satu meter saja, aku bisa
melihat dengan jelas kontol Wayan yang cukup panjang. Dan desiran aliran air
kencing wayan justru membuat darahku berdesir.
“hey, bengong aja kamu” tiba tiba Rizal menepuk pahaku
dengan cukup keras.
“ga koq Zal. Aku Cuma lagi lihatin air pantai yang mulai
surut” kataku berbohong
“Ngapain lihat air pantai, emang kamu pengen mandi?” tiba
tiba Wayan ikut menimpali dari tempatnya berdiri kencing.
“Ga tau lah. Aku belum pernah mandi di pantai malam hari”
jawabku sekenanya
“Kalo gitu, ayo dah kita mandi sama sama” kata wayan
“Boleh” jawab Rizal yang terlihat excited.