1 Feb 2012

Hitam Putih Kehidupan 7| Kembali Ke Asrama

Pagi yang cerah, aku bersama ayahku bersiap siap untuk berangkat menuju Asrama. Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah setelah dua minggu aku kabur meninggalkan Asrama.
Setelah berpamitan dengan ibu, kusiapkan tas ransel berisi pakaian di pundakku. Di halaman rumah telah berdiri sahabatku Danar lengkap dengan seragam sekolahnya.
“Pagi, nar. Kamu koq belum berangkat sekolah” sapaku sambil meletakkan tas ranselku di Skuter ayahku.
“ini juga sudah mau berangkat koq. Cuma mau pamitan sama kamu dulu” katanya sambil langsung menjabat tanganku dan menepuk pundakku.
Ada rasa sedih yang menghampiri sanubariku kala Danar mengucapkan kata selamat jalan padaku. Entah kapan aku akan bisa bertemu dengan sahabatku itu lagi. Peraturan Asrama hanya membolehkan aku untuk pulang setiap akhir Ujian Semester. Waktu enam bulan pastinya akan terasa cukup lama.
Sepanjang perjalanan, aku lebih banyak diam. Bahkan beberapa kali pertanyaan ayahku tak ku gubris. Aku sibuk dengan lamunanku mengenai sambutan teman temanku diasrama begitu melihat aku kembali.
Untungnya kami sampai cukup pagi. Belum begitu banyak siswa yang tiba di sekolah.
Waktu itu pukul 06.23 am. Aku dan Ayahku langsung menuju ke ruangan Kepala Sekolah. Disana Pak Solihin sang Kepala Sekolah juga ternyata baru saja tiba. Beliau sedang merapikan isi tas bawaannya.
“Selamat Pagi, Pak Kepala” sapa ayahku dengan ramah
“Selamat Pagi, Pak Ardi. Silahkan duduk” balas Pak Kepsek sambil mempersilahkan kami berdua duduk.
Tidak banyak pembicaraan yang terjadi antara Ayah dan Pak Kepsek karena semuanya telah mereka rundingkan beberapa hari sebelumnya. Mereka justru lebih banyak memberikan nasehat padaku untuk tidak kabur lagi dari asrama dan lebih rajin belajar mengingat sebentar lagi aku akan naik kelas III.
Aku menghantarkan Ayahku sampai ke pintu Gerbang Asrama (Sekolah). Banyak sekali teman teman yang mengerumuniku, termasuk sahabat terbaikku di kelas si Ronny. Tetapi diantara mereka tak kulihat wajah Amel, pacarku.
“Ron, Amel belum datang ya?” tanyaku sama Ronny
Entah kenapa tiba tiba Ronny seperti orang yang salah tingkah begitu aku menanyakan tentang Amel.
“Kita masuk ke kelas aja dulu” ajak Ronny tanpa mau menjawab pertanyaaku tentang Amel.
Begitu sampai didalam kelas yang masih sepi, Ronny menjelaskan kapadaku kalau Amel telah dipindahkan oleh Ayahnya ke Sekolah lain di luar daerah.
Berita itu sangat mengejutkan buatku. Ternyata aku tidak akan bisa menemui Amel lagi. Aku terdiam sambil merenungi kesalahanku yang telah mengajak Amel pergi waktu itu. Gara gara aku mengajak dia keluar asrama hingga larut malam, dia jadi ikutan di hukum oleh ketua asrama. Parahnya lagi, kini dia telah dipindahkan ke sekolah lain yang tidak mungkin bisa aku jangkau tempatnya.
Bel tanda pelajaran dimulai membuyarkan lamunanku. Ternyata hampir semua teman teman sekelas telah berada di dalam ruangan. Mereka semua menyapaku dengan senyuman.