1 Feb 2012

Hitam Putih Kehidupan 7| Kembali Ke Asrama 2

Pelajaran pertama hari itu adalah Matematika oleh Pak Raka. Aku sebenarnya sangat menyukai pelajaran Matematika. Tetapi hari itu Aku merasa sangatlah bodoh. Sebuah soal sederhana mengenai statistik tak mampu ku jawab dengan benar. Pak Raka sendiri terlihat bingung dengan ketidakmampuanku menjawab soal darinya. Karena biasanya aku selalu bisa mengerjakan soal soal yang dia berikan.
Tidak hanya Pelajaran Matematika, hampir semua mata pelajaran pada hari itu tak ada yang menarik bagiku.
Begitu pulang sekolah, aku langsung merebahkan badan diatas dipan sambil terus memikirkan semua kesalahan yang sudah aku perbuat sehingga Amel di paksa pindah sekolah oleh ayahnya.
Tak sanggup berpikir terlalu kuat, akupun terlelap.
Jam 3 sore, aku terbangun karena merasa perutku keroncongan. Aku baru sadar kalau aku belum makan siang. Untungnya  sahabatku Ronny ternyata sudah menyiapkan jatah makan siangku di samping dipan.
“Makasih, Ron sudah bawain makan siangku” kataku mengucapkan Terima Kasih sama Ronny yang masih duduk di samping dipanku.
“Santai aja. Kamu makan gih!” jawabnya sambil menyodorkan sendok dan garpu kepadaku.
“Pat, sebenarnya aku juga ingin cerita sesuatu sama kamu” tiba tiba Ronny membuka lagi pembicaraan sambil memperhatikan setiap sendok nasi yang masuk ke mulutku.
“Ya, cerita aja” jawabku santai
“Pat, semenjak kejadian waktu itu. Aku juga sebenarnya sudah tidak lagi pacaran sama Erna” kata Ronny sedikit sedih.
Aku hampir saja tersedak mendengar kata kata Ronny tadi.
“Kamu ga lagi bercanda kan Ron?” tanyaku 100% tidak percaya
Ronny menjelaskan kalau sehari setelah kejadian itu, para orang tua murid di panggil oleh pihak asrama, termasuk ayahku. Sayangnya aku tidak tahu sama sekali kalau ayahku juga ikut dipanggil. Pihak asrama meminta kepada orang tua kami untuk memindahkan kami kesekolah lain atau tetap berada di sekolah ini dengan catatan kami tidak boleh dekat dengan seorang cewek pun didalam lingkungan asrama. Intinya, semua penghuni asrama dilarang pacaran.
Ternyata itu pula alasan Amel dipindahkan oleh orang tuanya ke sekolah lain.
Setelah beberapa hari berada diasrama, keceriaanku akan suasana disana kembali terasa. Apalagi Ronny selalu menemani hari hariku dengan berbagai kegiatan yang menyenangkan.
Satu hal yang masih sangat membuat aku merasa masih canggung adalah Kak Fandi. Beberapa kali kami berpapasan ketika hendak menuju ke kamar mandi. Dia selalu menyapaku dengan senyuman khas-nya. Sayangnya aku masih belum bisa membalas senyuman itu. Meskipun sebenarnya dalam hati aku ingin sekali bertegur sapa dengannya. Walau hanya menanyaan “Apa kabar?”