17 Agu 2013
6 Nov 2012
New
3 Nov 2012
New
After The Sunset 2 -END
Tanpa menunggu persetujuanku Rizal langsung membuka
pakaiannya. Untuk pertama kalinya aku melihat badan kekar Rizal secara langsung
tanpa terbungkus seragam satpam atau pakaian lainnya. Badannya ternyata jauh
lebih bagus dari yang pernah aku bayangkan.
Melihat Rizal membuka Pakaian, Wayan juga langsung melucuti
pakaiannya. Meskipun tidak sekekar badan Rizal, tetapi badan Wayan juga sangat
bagus. Perutnya rata walau tidak six pack. Dan wow..ternyata Wayan langsung
telanjang bulat. Aku tidak bisa mengalihkan perhatianku dari buah terong yang
menggelantung di selangkangannya dan dua biji pelir yang juga sangat besar.
“Ayo mandi!” katanya sambil menarik tanganku
Aku tidak bisa menolak ajakan mereka. Akupun membuka
pakaianku, tetapi tidak dengan celana dalamku. Karena aku takut kalau sampai
mereka melihat kontolku yang sudah setengah ngaceng. Lagipula Rizal juga tidak
membuka celana dalamnya.
New
After The Sunset Part 1:
Menikmati Sunset di sore hari hampir sudah menjadi tradisi
wajib bagi orang orang yang tinggal di daerah wisata pantai. Seperti Bali,
misalnya. Setiap sore hampir ribuan orang memadati setiap pantai di bagian
selatan bali hanya untuk melihat sunset sambil menikmati suasana keramaian
pantai. Aku salah satu dari ribuan orang penikmat sunset tersebut.
Sore itu aku tidak sendiri karena ditemani oleh beberapa
orang teman kerjaku. Salah satu dari mereka adalah seorang Satpam di Kantorku
namanya Rizal. Dia berasal dari Manado tetapi menetap di Bali bersama kedua
orang tuanya yang membuka warung makan khas Manado di sebuah pasar malam (pasar
senggol) di daerah Denpasar. Rizal memiliki wajah yang sangat tampan kalau di
bandingkan dengan satpam satpam lainnya di kantor. Sekilas dia mirip dengan
bintang sinetron Dimas Andrean. Badannya juga sangat kekar.
Selain Rizal, ada juga Wayan dan beberapa teman cewek yang
turut memenuhi bangku panjang di warung tipat lontong Mbok tu di Pantai XX Sore
itu. Wayan adalah seorang Penyewa Surf Board. Dia kebetulan tetangga kost-nya
Rizal makanya dia ikut bergabung dengan kami.
Buat kami Sunset sore itu tidaklah begitu menarik karena
banyaknya kabut yang menutupi sang surya yang hendak beranjak ke peraduan
tetapi Aku dan Rizal cukup senang karena bisa berkumpul dengan teman teman dan
mencicipi Tipat Lontong buatan Mbok Tu (Pedagang Tipat langganan kami di pantai
XX).
Seiring dengan beranjaknya Sunset, orang orangpun mulai
pergi meninggalkan Pantai karena hari telah mulai gelap. Teman temanku yang
cewek juga pamit untuk pulang lebih dulu sedangkan aku dengan Rizal memilih
membantu Wayan merapikan papan surfingnya dan payung paying pantai yang
disewakannya. Untungnya papan papan itu disimpan di sebuah gudang kecil yang
berada persis di dekat pantai sehingga Wayan tidak perlu mendorong gerobak
setiap hari seperti kebanyakan penyewa papan surfing lainnya di bali.
11 Okt 2012
New
Memasuki daerah Sanur, tiba tiba Pak Nyoman membelokkan
Sepeda Motornya kea rah Pantai.
“Kita ke Pantai bentar ya” kata Pak Nyoman sambil mengelus
tangan kiriku yang sedari tadi mengelus paha ketat Pak Nyoman.
Aku hanya terdiam saja sambil sesekali menciumi tengkuknya
sebagai jawaban.
Pantai Sanur pada malam hari sangatlah sepi. Tak satupun
orang terlihat disana. Mungkin karena kami berada di ujung pantai yang memang
sepi dari hiruk pikuk suasana restaurant maupun hotel yang memadati bagian
selatan pantai Sanur.
Setelah kami di Pantai, Pak Nyoman langsung mematikan mesin
sepeda motornya dan menarik tangan saya menuju sebuah bangku kecil di bawah
pohon yang mungkin biasa digunakan para pedagang pantai pada siang hari.
Seolah tak mampu menahan bara nafsu yang membara, Pak Nyoman
langsung mendekap tubuhku erat dan melumat bibirku. Lidah kami saling
bergulungan, berhisapan satu sama lain untuk berbagi rasa yang menggebu.
Sementara tangan tangan kami bergerilya menjelajahi setiap jengkal dari tubuh
kami. Akupun menggoyang goyangkan pantatku untuk membuat gesekan dengan kontol
Pak Nyoman yang sudah mengeras didalam Celana Ketatnya sambil sesekali kedua
tanganku meremas bongkahan pantat pak Nyoman yang gempal.
New
Aku benar benar bingung memikirkan cara untuk bisa sampai di
Denpasar karena esok harinya aku harus kembali bekerja.
“Mas benar benar ga punya uang untuk bayar Taxi?” kembali
Polisi itu yang di name tag nya tertulis nama Nyoman bertanya padaku. AKu hanya
mengangguk pelan.
Tiba tiba dia menghampiriku lalu meraba pundakku. “tenang
mas, nanti saya yang antar ke Denpasar” .
Seolah tak percaya dengan apa yang baru saja dia katakana.
Aku memandangnya dengan senyum bahagia. “Benar pak Nyoman mau antar saya ke
Denpasar” tanyaku memastikan. Diapun hanya tersenyum sambil menganggukkan
kepalanya.
Aku yang tak tau harus berkata apa, langsung bangkit dari
dudukku dan memeluk Pak Nyoman dengan sangat erat sambil mengucapkan terima
kasih.
Cukup lama aku memeluknya, lalu dia melepaskan pelukanku “
maaf mas, ga enak nanti di lihat orang” katanya berbisik padaku.
Akupun hanya tersipu malu. “Maaf Pak, saya terlalu gembira”
kataku sambil kembali duduk di bangku panjang.
“Ga apa apa Mas, tapi mas harus nunggu sejam lagi karena shift
saya baru selesai satu jam lagi” jawabnya.
“Oh tidak apa apa, Pak” kataku.
Entah kenapa aku menjadi penuh selidik dengan Pak Nyoman,
Aku memperhatikan setiap jengkal dari tubuh kekarnya yang terbalut seragam
Polisi ketat. Dia terlihat sangat gagah.
Satu jam terasa begitu singkat karena aku sangat menikmati
setiap interaksi dengan Polisi Ganteng yang baik hati yang tengah duduk didepanku.
Sebuah motor berhenti di depan Pos Polisi tempat Pak Nyoman
bertugas. Pak Nyoman lalu beranjak dari tempat duduknya dan langsung menyapa
orang yang baru datang tersebut yang juga seorang Polisi. “Malam Pak Putu” kata
Pak Nyoman menyapa dengan ramah.
“Malam Pak Nyoman, maaf ya saya terlambat” kata bapak
tersebut sambil meletakkan helm-nya diatas meja.